Peluang untuk Fintech dalam Reksa Dana di Indonesia

Peluang untuk Fintech dalam Reksa Dana di Indonesia

Seperti koin mata uang, sektor usaha kecil dan menengah menampilkan dua sisi yang sepenuhnya berbeda. Di satu sisi, sektor ini adalah tulang punggung perekonomian yang telah terbukti menggerakkan sektor riil, menciptakan jutaan lapangan kerja, memacu kinerja ekspor dan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan produk domestik bruto. 

Reksa Dana di Indonesia

Dalam konteks Indonesia, Reksa Dana di Indonesia telah memainkan peran kunci dalam perekonomian nasional. Dalam krisis ekonomi tahun 1998 dan 2008, ketika perusahaan-perusahaan besar runtuh, reksa dana ini membuat ekonomi terus berdenyut. Berkat ketangguhan sektor ini, konsumsi domestik masih dapat tumbuh.

Reksa dana di manulife ini terus memainkan peran penting hari ini, menurut statistik pemerintah. Data Bank Indonesia pada pertengahan 2018, menunjukkan bahwa jumlah pemain reksa mencapai 99,9 persen dari total 57,89 juta unit bisnis. Selanjutnya, porsi penyerapan tenaga kerja mereka mencapai 96,9 persen, dan kontribusi mereka terhadap PDB adalah 57,56 persen.

Reksa Dana di Indonesia
Reksa Dana di Indonesia

Namun, meskipun memiliki peran strategis, reksa dana sebenarnya kurang beruntung dalam mendapatkan dukungan, terutama secara finansial. Penyelarasan industri keuangan tradisional dalam hal pengembangan dan keberlanjutan bisnis reksa belum dapat dikatakan optimal. 

Berbagai upaya telah dilakukan agar reksa dana di Indonesia memiliki akses keuangan yang lebih baik ke lembaga keuangan formal. Namun, masih ada kesenjangan besar antara jumlah pembiayaan yang dibutuhkan oleh reksa dan jumlah yang diberikan pinjaman dana.

Kesenjangan Pendanaan Besar

Kurangnya akses keuangan untuk reksa tercermin dalam data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang secara rutin diterbitkan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Data SPI untuk Oktober 2018 menunjukkan bahwa dari total pinjaman yang disediakan oleh industri perbankan, hanya 951,7 triliun rupiah dialokasikan untuk sektor reksa. 

Apakah Peluang untuk Fintech dalam Reksa Dana di Indonesia?

Hal ini dapat diartikan bahwa tidak lebih dari 19 persen dari total kredit industri perbankan dialokasikan untuk sektor. Hal ini dapat dibandingkan dengan kesenjangan pembiayaan 1,320 triliun rupiah yang dihadapi oleh reksa dana di Indonesia, seperti yang diperkirakan oleh Survei Akses Keuangan IMF.

Dalam hal pertumbuhan kredit, reksa masih tertinggal. Data yang sama menunjukkan bahwa total kredit bank tumbuh sekitar 13,3 persen dari Oktober 2017 hingga Oktober 2018. Namun, pembiayaan untuk sektor reksa hanya meningkat sebesar 11 persen. Selain itu, pembiayaan reksa belum dialokasikan secara merata di seluruh sektor bisnis. 

Sementara dari total kredit reksa senilai 951,7 triliun rupiah, 499,3 triliun rupiah signifikan, atau sekitar 52 persen, mengalir ke sektor perdagangan dan ritel besar. Sisanya dialokasikan ke 15 sektor lainnya.

Tantangan untuk Mendanai Pertumbuhan

Mengingat kesenjangan yang sangat besar dalam penawaran dan permintaan dan ketidaksetaraan dalam pembiayaan, bagaimana reksa memenuhi kebutuhan modal kerjanya? Apabila Anda terdapat kesulitan, maka Anda dapat merancang versi untuk penggunaan di komputer Anda, dengan mengunjungi https://www.klikmami.com.

Sebagian besar reksa dana di Indonesia mengandalkan modal pribadi mereka, seperti dana keluarga atau pinjaman dari kolega. Meskipun pinjaman dari lembaga keuangan formal tentu ada, jumlah yang dapat dipinjam oleh reksa tidak cukup untuk menutupi jumlah total yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan. 

Seringkali, proses pemberian pinjaman diperpanjang dan menghambat kemampuan Reksa Dana di Indonesia untuk secara cepat memanfaatkan dana untuk memaksimalkan peluang bisnis. Alternatif termasuk pinjaman dari lembaga keuangan non-formal, yang berbunga tinggi.